Innalilahiwainailahirojiun Begini Kondisi Terkini Awak KRI Nanggala di Kedalam 850 Meter, KSAL Tak Berani Pastikan Nasib Mereka
Begini Kondisi Terkini Awak KRI Nanggala di Kedalam 850 Meter, KSAL Tak Berani Pastikan Nasib Mereka
KRI Nanggala dipastikan tenggelam, setelah mengalami black out hingga subsunk. Sebab dengan matinya sistem kelistrikan maka perlahan tetap pasti kapal selam 402 itu tenggelam.
Bahkan kini, Posisi KRI Nanggala 402 sudah ditemukan di Kedalaman 850 meter bawah Laut Bali, Sabtu (24/4/2021).
Kondisi ini dianggap sangat berbahaya bagi penyelaman. Sebab di kedalaman 850 meter, para ahli menilai tekanan air sangat berat. Bahkan bisa mengalami keteretakan seperti yang terjadi pada KRI 402.
Hal itu terlihat dari serpihan-serpihan yang keluar dan diduga merupakan barang-barang dari KRI Nanggala.
Dengan kondisi seperti ini, bagaimana nasib 53 Awak KRI Nanggala di Kedalaman 850 Meter? Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono Tak Berani Pastikan, sebab Evakuasi baru akan dilakukan.
Sebab, dia baru bisa memberikan jawaban tentang Nasib 53 Awak KRI Nanggala, setelah setelah evakuasi mulai berjalan.
Sebab, pada kedalaman 700 meter hingga 800, maka evakuasi akan sangat berbahaya. Apalagi sejauh posisi Kapal baru terdeteksi, tetapi posisi pastinya masih dilacak.
Perlu peralatan cangih yang dilakukan untuk evakuasi pada kedalaman 700 meter.
Apalagi Menurut Yudo, setelah dilakukan upaya pencarian selama tiga hari, KRI Nanggala-402 sudah terdeteksi tenggelam di kedalaman 850 meter.
Namun demikian, keberadaan pasti kapal selam tersebut masih belum diketahui. Dengan kedalaman 850 meter ini, maka pihak TNI akan mengatur upaya evakuasi dengan dua pilihan.
Sebelum evakuasi KRI Nanggala 402 tersebut, hal yang paling penting dilakukan adalah mendeteksi dan memastikan keberadaan KRI 402 tersebut.
"Unsur-unsur kita yang melaksanakan pendeteksian dan unsur-unsur lain akan berusaha keras, karena kedalaman laut yang dideteksi adalah kedalaman 850 meter," kata Yudo dalam jumpa pers di Bali, Sabtu (24/4/2021).
Kapal Singapura Bisa Melakukan Deteksi
Diakui Yudo, untuk deteksi itu memang tak mudah. Perlu peralatan canggih dan kapal Singapura memiliki kemampuan tersebut.
Sebab, untuk kapal-kapal yang memiliki peralatan seperti Singapura, memiliki alat yang bisa mencakup kedalaman 900-1000 meter.
"Maka, Kita tempatkan bersama KRI Rigel jika itu terbukti Nanggala, kita tindaklanjuti dengan peralatan yang dimiliki oleh Singapura," kata Yudo.
Lalu, Pertama, dengan metode diembus. Yaitu, memasukan selang pada pipa yang terdapat pada kapal selam untuk kemudian diangkat naik. "Jadi di kapal selam itu ada seperti pipa-pipa yang bisa dicelupkan dengan selam bungkus sehingga bisa naik," jelasnya.
Kemudian cara yang kedua yaitu dengan menggunakan robot. Teknologi itu saat ini dimiliki oleh Singapura yang diberi nama MV Swift Rescue. "Swift Rescue punya Singapura juga memiliki kapal selam mini yang memberi sebagai robot di bawah itu untuk memasang peralatan," tambahnya.
"Kita tidak bisa melihat bagaimana (kondisi) korban karena belum ketemu. Masih ditemukan ini (barang). Kita tidak bisa menduga-duga kondisi korban. Harapannya dengan evakuasi baru bisa kita tentukan," ujar Yudo saat konferensi pers, Sabtu (24/4/2021).
"Tidak ada bukti serpihan apa pun dari korban. Jadi enggak bisa menduga seberapa kondisinya," ujar Yudo.
Namun, saat ini TNI dibantu KNKT, Basarnas, Polri, dan negara lainnya mengerahkan semua upaya untuk menemukan keberadaan kapal selam yang membawa 53 awak tersebut.
Bukan Ledakan
Sebelumnya diberitakan, TNI menyatakan KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan utara Bali, dalam isyarat subsunk atau tenggelam.
Hal itu dipastikan setelah kru pencari menemukan sejumlah barang dari KRI Nanggala-402.
Barang-barang yang ditemukan yaitu pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, dan botol oranye berisi pelumas periskop kapal selam.
Ditemukan juga alat yang dipakai ABK Nanggala untuk salat dan spons untuk menahan panas pada presroom.==
Paling Aman Menyelamatkan Diri
Lantas seperti apa, dan bagaimana cara awak KRI Nanggala selamat?
Melansir Journal of Military and Veterans’ Health, sejarah keberhasilan penyelamatan kapal selam sama panjangnya dengan sejarah kapal selam itu sendiri melakukan penyelematan sendiri.
Karena, sejak kapal selam diperkenalkan, pertanyaan lama yang tetap relevan hingga kini adalah, bagaimana jika kapal selam mengalami masalah di dalam air dan kemudian tenggelam?
Dalam sebuah Publikasi tentang kapal selam, yakni berjudul Submarine escape and rescue: a brief history yang ditulis Nick Stewart menuturkan bahwa awak selam memiliki dua upaya jika kapal selam gagal kembali naik ke permukaan.
Sebab, Upaya pertama adalah menyelamatkan diri, kemduian upaya kedua adalah diselamatkan. Upaya menyelamatkan diri adalah upaya penyelamatan diri sendiri untuk mencapai permukaan laut tanpa bantuan eksternal.
Upaya diselamatkan dilakukan oleh pihak luar yang mengeluarkan awak yang terperangkap di dalam kapal selam yang gagal naik ke permukaan.
Lalu, Pada era awal kapal selam modern, fokus utama bagi perancang untuk keselamatan awak kapal selam adalah opsi menyelamatkan diri. Pada 1910, diperkenalkan sistem penyelamatan diri dengan alat bantu pernapasan yang diadopsi dari para penambang batu bara. Alat bantu pernapasan ini menggunakan soda-lime cartridge. Alat ini pertama kali digunakan oleh sistem penyelamatan diri awak kapal selam U3 Jerman yang tenggelam pada 1911.
Tetapi dengan kedalaman 850 meter, maka akan sangat sulit bagi awak KRI Nanggala menyelamatkan diri, sebab tekanan air sangat kuat hingga seperti diinjak 100 gajah di atas kepala. Sehingga sangat sulit untuk naik ke permukaan.