Mengenang 8 Tahun Wafatnya Ustadz Jefri Al-Buchori, Tobatnya Seorang Mantan Preman dan Pecandu

 

Jefri Al-Buchori biasa dikenal Uje, lahir di Jakarta lahir di Jakarta, (12 April 1973 – meninggal di Jakarta, 26 April 2013 pada umur 40 tahun) anak ketiga dari Ayah, Ismail Modal (alm) yang berdarah Maluku dan Ibu, Tatu Mulyana.

Berdasarkan wawancaranya dengan Gatra, masa kecilnya dihabiskan di daerah Pangeran Jayakarta di mana lingkungan sekitarnya terdapat banyak bar dan diskotek.

Ustadz Jefri tidak pernah merasakan kelas 4 sekolah dasar karena pada saat bersekolah di SD 07 Karang Anyar, ia lompat kelas dari kelas 3 ke kelas 5. Sejak kecil ia telah menunjukkan ketertarikan pada mata pelajaran agama dan kesenian.

Setamat SD, Jefri dan kedua kakaknya bersekolah di Pesantren modern di Daar el Qolam Gintung, Balaraja, Tangerang, namun ia hanya mengikuti pendidikan selama empat tahun dari enam tahun syarat lulus dan pindah sekolah ke Madrasah Aliyah karena perilaku yang tidak terpuji.

Masa mudanya kerap diidentikkan dengan narkoba, disko, dan bermain bola bilyar. “Gue itu dulu dutanya setan di dunia” – pengakuannya pada saat wawancara.

Selepas Madrasah (setingkat SMA) ia melanjutkan pada akademi Broadcasting di Rawamangun, Jakarta – namun tidak selesai kuliah dikarenakan lebih mementingkan bermain bilyar.

Sebagai pecandu narkoba, Jefri bertemu dengan Pipik Dian Irawati yang dikenal sebagai model gadis sampul majalah Aneka tahun 1995 asal Semarang, Jawa Tengah dan menikah siri pada 7 September 1999. Dua bulan kemudian Pernikahan ini diresmikan di Semarang.

Karir Ustadz Jefri Al-Buchori Semasa Hidup.

Kariernya di bidang dakwah dimulai pada tahun 2000 saat menggantikan kakaknya yang menjadi imam di sebuah masjid di Singapura. Pekerjaan kakaknya untuk memberikan pelayanan di masjid-masjid dekat rumah di wilayah Pangeran Jayakarta, Jakarta diberikan pada Jefri.

Pertama kali menerima honor dari pekerjaan mendakwah berasal dari sebuah masjid di bilangan Mangga Dua sebesar 35 ribu rupiah. Pada satu kesempatan saat menjadi imam, jemaat masjid bubar menolak dipimpin oleh tukang mabuk.

Jefri sebagai pendakwah mulai dikenal orang secara luas pada tahun 2002 untuk ceramah dan doa dalam acara “Salam Sahur (Salsa)” di Trans7, dan dikontrak untuk acara yang sama pada tahun berikutnya. Pada tahun 2004 ia mengisi acara Tausiah di TPI(sekarang MNC) dan tujuh episode acara “Kumis Remaja” setiap Minggu pagi.

Pada awalnya Jefri sempat berpakaian gamis panjang lengkap dengan sorban, tetapi menggantinya karena berpikir bahwa segmennya remaja dan tidak cocok untuk pakaian tersebut. Jefri pun populer dengan baju koko nya.

Pada tahun 2005 kegiatan ceramahnya mencapai tiga sampai empat kali dalam sehari dan pengajian rutin “I Like Monday” di rumahnya dengan jemaat tetap. Pada tahun yang sama ia diminta memberikan ceramah di Istana Negara di mana salah satu penggemarnya adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Juga pada tahun 2005 Jefri meluncurkan album rohani “Lahir Kembali”, kemudian pada tahun 2006 ia meluncurkan album keduanya “Shalawat” di mana ia berduet dengan istrinya Pipik Dian Irawati dalam dua lagu; “Shalawat Badar” dan “Thola`al Badru”.

Pada tahun 2007 Jefri juga pernah berkolaborasi dalam mini album Ungu (yang hanya berisi lima lagu) “Para Pencari-Mu” dalam lagu “Surga Hati”. Pada tahun 2009 ia tampil langsung berduet pada Tabligh Akbar dan Konser Musik Rohani Ungu di Cilegon, Banten yang dihadiri ribuan penonton.

Meninggal Karena Kecelakaan Sepeda Motor.

Kepolisian menyampaikan penyebab kecelakaan Ustad Jefry Al-Bukhori (Uje), diduga akibat mengantuk atau human error. Ustad gaul itu, meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Diperkirakan beliau mengantuk. Jadi human error. Karena kemungkinan kecepatan cukup tinggi, beliau menabrak trotoar samping kiri dan membentur pohon palem. Akibat benturan pohon palem itu, beliau terpental ke depan kurang lebih 3 sampai 4 meter dengan posisi terakhir telungkup,” ungkapnya.

Darmanto menyampaikan, korban mengalami luka serius di muka dan kepala. “Helm yang digunakan sampai lepas dan pecah, hingga ia menderita luka di muka serta mengeluarkan darah dari telinga, hidung dan mulut,” jelasnya

Sudarmanto menyebutkan, kemudian almarhum dievakuasi oleh orang sekitar, ke RS Pondok Indah. “Setelah sampai di RS Pondok Indah, dokter UGD menyatakan bahwa almarhum telah meninggal dunia,” bilangnya.

Menurut Sudarmanto, kondisi kendaraan mengalami kerusakan yang cukup parah dengan stang bengkok ke atas.
“Kerusakaannya ada di depan, stangnya menyatu. Kami sudah olah TKP dan ini memang faktor human error, tidak ada faktor lain dalam artian jalan berlubang, penerangan jalan cukup terang, cuaca bagus, dan arus lalin sepi,” tandasnya.

Sementara itu, Kasat Lantas Polres Jakarta Selatan, AKBP Hindarsono mengatakan, motor milik almarhum terpental sampai 30 meter dari lokasi kejadian.

Jenazah Disambut Lantuan Shalawat dan Takbir


Jenazah Jeffry Al Buchori yang meninggal dini hari (Jumat, 26/4/2013) dishalatkan di masjid Istiqlal setelah disemayamkan di rumah duka di Perum Bukit Mas, Jalan Narmada III, Rempoa, Bintaro, Tangerang Selatan.

Tiba di Istiqlal sekitar pukul 10.35 WIB, Jenazah Uje langsung disambut ratusan orang dengan melantunkan bacaan shalawat, takbir dan syahadat.


Shalat jenazah Almarhum Ustadz Jefri Al Buchori dipenuhi ribuan jamaah. Begitu selesai shalat Jumat, para jamaah langsung maju kedepan hingga menyebabkan suasana penuh sesak disekitar kerada jenazah.

Akibatnya, shalat jenazah pun susah untuk dilaksanakan karena jamaah yang berdesak-desakan.

Beberapa pengurus masjid yang mengontrol jamaah melalui mikrofon terus mencoba menenangkan jamaah dan menertibkan mereka yang terus maju kedepan.


“Tolong jangan dorong-dorong!, didepan ada pejabat, ada menteri, ada orang tua,” ungkap salah seorang pengurus masjid yang ada didepan.

“Yang didepan, tolong. Kasian Ustaz Jefrinya, beliau akan berangkat,” bujuk salah seorang pengurus yang lain.

Namun para jamaah seakan larut dengan suasana yang penuh haru. Himbauan tidak lagi dihiraukan. Bahkan jamaah terus maju dan berdesak-desakan hingga kedepan keranda jenazah.

Akhirnya, shalat jenazah dilangsungkan dalam kondisi yang berdesak-desakan. Shaf shalat hanya diatur seadanya walau tak jelas lagi mana ujung pangkalnya.

Setelah itu, Menteri agama secara singkat menyampaikan ucapan duka. “Saya atas nama menteri agama RI mengucapkan belangsungkawa yang sedalam-dalamnya,” tutur Menag.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel